Friday, January 15, 2010

Keagungan Ulamak Silam



Dari AbduLLah ibn Amr radiyaLLahu ‘anhu bahawa RasuluLlah sallaLLahu ‘alaihi wasallam bersabda yang bermaksud :

“Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan mengangkat ilmu pengetahuan dengan cara mencabutnya dari hati ulama, tetapi dengan cara mematikan mereka, dan jika sudah tidak ada lagi seorang ulama yang masih hidup, maka manusia akan mengangkat pemimpin di kalangan orang-orang yang jahil (bodoh), jika (para pemimpin tersebut ditanya tentang kemusykilan agama) maka mereka akan berfatwa tanpa dasar ilmu, dengan itu mereka menjadi sesat dan menyesatkan.

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Salah seorang ulama yang sezaman dengan Imam Ahmad pernah ditanya:

"Jika seseorang sudah dapat menghafal seratus ribu hadith, dapatkah ia dikatakan sebagai faqih...?”Tidak...! ”jawabnya. "Dua ratus ribu hadith..?" "Tidak..!.. katanya. "Tiga ratus ribu hadith..?" "Tidak..! Jawabnya. "Empat ratus ribu hadith..? "Juga tidak...! tetapi begini (iaitu lima ratus ribu) katanya sambil mengisyaratkan dengan sebelah telapak tangannya.

500 000 hadith dihafaz baru dikatakan sebagai faqeh. Itupun ulamak amat berhati-hati apabila mengeluarkan hukum walaupun sudah hebat dalam ilmunya.

Imam Malik pernah berkata:

“Jika seseorang diminta untuk berfatwa, sebelum memberikan jawapan ia wajib meletakkan dirinya antara Syurga dan Neraka, serta memikirkan nasibnya di Akhirat nanti, kemudian baru boleh ia memberikan jawapan (mengeluarkan fatwanya)".




Ibn al Qasim berkata:

"Aku pernah mendengar Imam Malik berkata : "Saya sedang memikirkan (jawapan) bagi suatu kemusykilan sejak beberapa puluh tahun dulu, tetapi hingga saat ini belum juga sampai kepada pendapat yang pasti".

Ibn Abi Layla pernah berkata:

"Saya menemui seramai seratus dua puluh orang Ansar dari sahabat Rasul sallaLLahu 'alaihi wasallam, jika seorang di antara mereka diajukan pertanyaan (diminta berfatwa), ia akan mengalihkannya kepada yang kedua, dan orang yang kedua akan mengalihkannya kepada orang ketiga dan seterusnya. Sehingga pertanyaan tadi kembali kepada orang yang pertama. Jika salah seorang daripada mereka diminta untuk berfatwa atau ditanya tentang sesuatu masalah, ia akan memohon sahabat yang lain menjawabnya.


Hebat betul ulamak dan para sahabat zaman dahulu, mereka amat warak (berhati-hati) sebab takut untuk mengeluarkan hukum. Takut berdusta atas Allah dan RasulNya. Ini halal dan ini haram hak siapa untuk berkata? Sedangkan ALlah sendiri mengingatkan kita dalam firmanNya :

"Dan jangan kamu berani mengatakan terhadap apa yang dikatakan oleh lidah-lidah kamu dengan dusta; bahwa ini halal dan ini haram, supaya kamu berbuat dusta atas (nama) Allah, sesungguhnya orang-orang yang berani berbuat dusta atas (nama) Allah tidak akan dapat bahagia." (An-Nahl: 116)

No comments: