Saturday, October 23, 2010

KELEMBUTAN ALLAH DALAM MUSIBAH



Gempa Bumi, Gunung Meletus, Banjir, Wabah Penyakit, Hama, Angin Taufan,
Matahari, Bulan, kesemuanya merupakan tentara Rabbul ‘Alamiin yang bergerak dan
bertugas dengan Kehendak-Nya dan Perintah-Nya. Maka Dia Yang Maha Agung dalam
Kekuasaan-Nya yang Tunggal dan Abadi telah berfirman kepada Pemimpin para Duta-Nya, Sayyidina Muhammad saw : “Sungguh Kuutus Engkau Sebagai Pembawa
Rahmat Bagi Seluruh Alam”. (QS Al Anbiya – 107).

Maka sebagaimana disebutkan pada Tafsir Imam Attabari Juz 17 hal. 106, bahawa
Rasul saw adalah Rahmat Allah (Kasih Sayang Allah) untuk seluruh manusia, muslim
dan kafir, Rahmat Nya pada orang kafir adalah dengan tertundanya siksa mereka di
muka bumi, tidak seperti ummat-ummat terdahulu yang mana saat mereka kafir pada
Nabi-Nya maka Allah segera menumpahkan musibah pada mereka, namun untuk
ummat ini walaupun mereka Kufur, Allah tetap tidak segera menjatuhkan siksa.

Maka fahamlah kita bahwa Bumi ini sejak Kebangkitan Rasul saw hingga akhir zaman,
dalam naungan Rahmat-Nya swt, iaitu Muhammad saw. Alangkah luhurnya nabi yang
satu ini, hingga muslim dan kafir di masa beliau hingga akhir zaman tetap terjaga dari siksa kekufuran (Tafsir Imam Qurtubi Juz 4 hal 63).

firman Allah swt : “Dan Ketika Mereka (orang-orang
kafir) Berkata: Wahai Allah, Bila Ini (Muhammad saw) Merupakan Kebenaran Dari
Sisi Mu, Maka Turunkan Pada Kami Hujan Batu Atau Datangkan Pada Kami
Siksaan Yang Pedih, dan Tiadalah Allah Akan Menyiksa Mereka Selama Engkau
(Wahai Muhammad saw) Berada Diantara Mereka, dan Tiadalah Allah Akan
Menyiksa Mereka Selama Ada Diantara Mereka (ada diantara muslimin diantara
mereka) Yang Beristigfar” (QS Al Anfal 33).

Jelaslah bahwa orang-orang yang beristighfar menahan siksa/ azab pula bagi
kaumnya yang kufur, bahkan ayat lainnya : “Kalau Bukan Karena Lelaki-Lelaki Mukmin dan Wanita-Wanita Mukminat, Yang Kalian Tidak Mengetahui dan Hampir Kalian Membunuhnya, Maka Kalian Akan Mendapat Kesulitan Bila Mencelakai Mereka, dan Agar Allah Mengumpulkan Siapa Yang Dikehendaki Nya

Dalam Kasih Sayang Nya, Dan Bila Mereka Itu Pergi, Maka Niscaya Kami
Tumpahkan Siksaan Pada Orang Yang Kafir Diantara Mereka Dengan Siksaan
Yang Pedih” (QS Al Fath 25) dan kini Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin
membuat kesejahteraan pada kaumnya, walaupun mereka kufur dan jahat, namun
keberadaan orang-orang mukmin diantara mereka membuat Allah menahan siksa Nya.

Bahkan Rasul saw bersabda : “Tidaklah akan datang hari kiamat selama masih ada
yang mengucapkan Allah.., Allah..”. (Shahih Muslim hadits no.148) dan sabda Rasul
saw : “Tidak terjadi Kiamat diatas seseorang yang berkata Allah, Allah”. (Shahih
Muslim no.149). Tentunya seorang muslim dari Ummat Muhammad saw, maka
fahamlah kita bahwa Dzikir orang-orang muslim menahan datangnya Kiamat, dan
kiamat adalah Musibah terbesar sepanjang usia Alam diciptakan, dan apalah artinya
musibah banjir, gunung meletus dan lainnya yang tak sedebu dari kejadian Kiamat..?,

Ketahuilah makin banyaknya musibah dimuka bumi ini adalah disebabkan semakin
berkurangnya orang-orang yang berdzikir, semakin kurangnya orang yang beristighfar,
semakin kurangnya orang yang berdoa, bermunajat, dan bertahajjud di malam hari.
Lalu kelaparan, gunung meletus, gempa, banjir, dan segala bencana alam ini semakin
santer dimuka bumi, maka jawabannya segera kita temukan, karena semakin
berkurangnya orang-orang yang berdzikir dan beristighfar kepada Allah swt.

Maka muncullah segala musibah ini, mengapa?, dari Rahmat Nya swt tentunya,
sebagaimana hadits-hadits dibawah ini, Sabda Rasululllah saw : “Tiadalah musibah
menimpa seorang muslim, terkecuali dikurangi dosa darinya, walaupun hanya duri
yang menusuknya”. (Shahih Muslim hadits no.2572, Shahih Bukhari hadits no.5317),
Sabda Rasulullah saw : “Tiadalah seoang mukmin mendapat musibah berupa
kesulitan, permasalahan, kesedihan, penyakit, bahkan kegundahan hati yang
menyelimuti hatinya, kecuali merupakan penghapusan dosa baginya” (Shahih Muslim
hadits no. 2573, Shahih Bukhari hadits no.5318).

Ketika turunnya ayat : “Semua Yang Berbuat Dosa Pasti Akan Dibalas”, maka para
sahabat tampak kebingungan dan sangat ketakutan, maka Rasul saw memanggil
mereka dan berkata : “Kemarilah kalian.., mendekatlah dan duduk berkumpullah
padaku.., ketahuilah bahwa semua yang menimpa muslimin adalah penghapusan
dosa, bahkan kesusahan dan pula duri yang melukainya” (Shahih Muslim hadits
no.2574).

Wahai saudaraku, semakin banyak dosa kita maka telapak tangan penghapus dosa
segera menyeka dosa-dosa kita, bila tak kita bersihkan maka akan datang “Tangan
Penyeka” yang mengajak kita kembali kepada Nya dalam keadaan suci, “Tangan
Penyeka” itu menyeka dosa disertai antibiotik pembersih penyakit di tubuh, bila
dosanya kecil maka hanya perlu sedikit diusap maka akan bersih, namun bila kotoran
itu sudah berkerak dan menular sekampung pula, bahkan sewilayah, bahkan sedunia,
maka alat penyeka itu akan bertebaran dibelahan barat dan timur.., Wahai Saudaraku bangkitlah, Majelis Rasulullah saw ditegakkan dengan tujuan agung, yaitu memperbanyak orang-orang bertobat dan mengenal Allah, menghidupkan dzikir,
mengguncang jakarta dengan dzikir Allah, Allah.., dan menumbuhkan semangat dihati
muslimin agar mewarisi semangat Muhammad saw, yang dengan jiwa seperti inilah
musibah akan sirna,

Anda lihat di Aceh?, bagaimana Pekuburan para shalihin tidak disentuh musibah?,
bagaimana Air setinggi 30 meter dengan kecepatan rata-rata 300km/jam dengan
kekuatan ratusan juta ton itu terbelah di masjid-masjid dan pekuburan orang shalih?,
ada di masjid itu?, ada apa di kubur itu?, Singkat saja, ini adalah isyarat Nya kepada

seluruh penduduk Bumi bahwa tempat-tempat sujud kepada Ku, dan tempat berdzikir
bekas peninggalan hamba-hamba Ku yang shalih tak akan disentuh musibah, demikian
pula pusara-pusara mereka yang telah wafat dari Hamba Ku yang shalih pun tak akan
disentuh musibah…!”

Dan begitulah.. air bah yang sedemikian dahsyatnya itu tunduk dan menyingkir dari
tempat-tempat beribadah mereka, siapa?, para ahli dzikir tentunya, hamba-hamba
yang sujud dengan khusyu pada Nya, merekalah penangkal musibah, maka kita mesti
memperbanyak kelompok masyarakat yang seperti ini.. Kita sering terlalu jauh, tak
mungkin kita bisa menjadi penangkal musibah, kita adalah pendosa.., opini semacam
ini sering meracuni pemikiran kita.. Ok kita buktikan, bukankah tempat yang paling
banyak maksiatnya di seluruh Indonesia adalah jakarta?, berarti jakarta lah yang paling berhak ditimpa “Tangan Penyeka”, namun mengapa musibah selalu menimpa wilayah
luar jakarta?, betul di jakarta ada kebanjiran, ada wabah, namun sangat tak seberapa
dibanding musibah diluar jakarta, mengapa?, Ketahuilah bahwa jakarta inipun kota
yang paling banyak majelis taklimnya di seluruh Indonesia, paling banyak majelis
Dzikir, majelis maulid dll.

Maka semakin kita meramaikan masjid-masjid dan majelis-majelis, maka kasih sayang
Nya terlimpah, sebagaimana Firman Nya dalam hadits Qudsiy : “Sudah Kupastikan
Kasih Sayangku Pada Mereka Yang Saling Mengasihani Karena Aku, Saling
Berkumpul Karena Aku, Dan Saling Berkorban Karena Aku” (Imam Hakim dalam
Mustadrak ala Shahihain hadits no.7314 yang menyebutkan bahwa hadits ini
memenuhi syarat shahihain sebagai hadits shahih), demikian pula dengan makna yang
sama pada Shahih Ibn Hibban hadits no.575.

Maka sudah selayaknya kita segera bangkit meramaikan masjid-masjid kita, rumahrumah
kita, wilayah kita, dengan dzikrullah dan majelis-majelis dzikir dan Ibadah, inilah
yang mesti kita makmurkan, jangan kita terfokus kepada kemajuan dan kemajuan,
yang pada dasarnya kemajuan tanpa iman adalah kepastian datangnya musibah,
Gempa Bumi, Gunung meletus, taufan dan masih banyak lagi tentara Rabbul ‘Alamin
yang akan diutus Nya sebagai alat penyeka..

Wahai Yang Maha Luhur dan selalu memuliakan hamba Nya yang berzikir kepada
Nya, muliakanlah setiap pembaca risalah ini dengan pengampunan Mu, penyelesaian
dari segala kesulitan dan musibah, pengabulan segala doa dan munajat, dan pula
Curahkan kemuliaan Mu dengan kenikmatan dan kebahagiaan Dunia dan Akhirat bagi
saudara saudara kami muslimin yang tertimpa musibah di Jogja dan seluruh belahan bumi muslimin, gantikan harta mereka dengan yang lebih indah di dunia dan akhirat,
muliakan yang wafat dari mereka dengan mati syahid, dan kumpulkan arwah mereka
bersama para syuhada di alam barzakh, amiin amiin..

Dan mudahkanlah perjuangan Majelis Rasulullah saw dan seluruh majelis taklim dan
dzikir di muka bumi, selesaikan kesulitan dan hambatan kami, maafkan seluruh dosa
pendukung kami, dan curahkan shalawat sebanyak banyaknya dan semulia-mulianya
kepada Imam kami dan Idola kami Sayyidina Muhammad saw serta keluarga dan
sahabatnya, muliakan pula semua orang orang yang memuliakannya, walhamdulillahi
ala dzalik..

Friday, October 15, 2010

Muliakan Wali Allah, Jangan Menghina Mereka



Firman Allah swt dalam hadits Qudsiy

“Barangsiapa memusuhi wali-Ku maka Kuumumkan perang padanya, tiadalah hamba-hambaKu mendekat pada-Ku dengan hal hal yang telah kuwajibkan, dan hamba hamba Ku tak henti hentinya pula mendekat pada-Ku dengan hal-hal yang sunnah hingga Aku mencintainya, Jika Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, aku menjadipandangannya yang ia gunakan untuk melihat, aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk melawan, aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk melangkah, Jika ia meminta pada-Ku niscaya kuberi apa yang ia minta, dan jika ia mohon perlindungan pada-Ku niscaya kuberi padanya perlindungan”
(Shahih Bukhari Bab Arriqaaq/ Tawadhu)

Al-Hafidh Al-Imam Ibn Hajar Al-Asqalaniy dalam kitabnya Fathul Baari Bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan makna hadits ini dalam 6 penafsiran, secara ringkasnya saja bahwa panca indera mereka telah suci dari hal - hal dosa karana mereka menyucikannya, dan mereka tidak mahu berucap kecuali kalimat kalimat zikir atau ucapan mulia, tak mahu mendengar kecuali yang mulia pula, demikian seluruh panca inderanya, dan Allah swt membimbing panca indera mereka untuk selalu dalam keadaan mulia.

(Fathul Baari Bisyarh Shahih Bukhari Bab Arriqaaq/Tawadhu).

Saturday, October 9, 2010

Pandangan Ulamak secara 'mujamalah' (Kelihatan menyokong tetapi menyanggah hampir kesemua pandangan) terhadap Sheikh Muhammad Abd al Wahhab


Dr. Wahbah Al-Zuhayli

Terdapat ramai ulama yang menggunakan 'konsep mujamalah'. Mereka memuji Sheikh Muhammad Abd al Wahhab sebagai al-muslih secara nyata, namun kemudian mereka menghuraikan kebatilan pandangan tersebut satu persatu. Antara Ulama yang menggunakan uslub ini ialah Prof Dr Whabah Zuhayli dalam kitabnya al-Bida' al-Munkarah. 

Beliau berkata:

Bermaksud: "Sesungguhnya aku semenjak dahulu bersama-sama pembawaan ulama Ahlussunnah seperti al-Imam al-Nawawi dan selainnya. Antaranya 'islah-islah' seorang Muslih iaitu Muhammad bin Abd al-Wahhab Rahimahullah, untuk menghalang antara 'kesesatan' dan 'orang-orang awam' yang mengamalkan bentuk ibadah yang ganjil. Atau keluar daripada mereka perkataan yang tidak benar dan tidak sepatutnya, seperti meminta dari jenazah orang-orang Soleh dan wali-wali samada untuk memenuhi hajat atau menghalang bahaya…."

Beliau berkata lagi:

Bermaksud: "Sesungguhnya aku bersama-sama al-Salafiyyah pada mensucikan Allah Taala, namun bukanlah aku bersama-sama dengan seseorang yang menggunakan cara yang menyebabkan masyarakat lari, atau cepat membuat tuduhan kafir, sesat, atau menggelarkan seseorang dengan quburi (penyembah kubur) apabila dia menziarahi kubur,walhal amalan tersebut merupakan sunnah yang thabit."

Beliau berkata lagi:

Bermaksud: "Sesiapa yang mentakwilkan sebahagian sifat-sifat Allah, tidak kufur seperti mentakwilkan 'wajhullah', kerana ia adalah 'kinayah' atau 'majaz' terhadap Allah SWT. Itu adalah uslub bahara Arab yang terkenal. Maka ditakwilkan 'al-yad' dengan 'al-qudrah', dan selainnya yang aqal boleh menerimanya, kerana kesemua al-Salaf dan al-Khalaf mensucikan Pencipta (al-Khaliq) dari menyerupai perkara baharu. Walaupun yang paling selamat ialah berimannya dengan asma' Allah Taala al-husna tanpa tasybih, tanpa ta'til dan tanpa ta'wil."

Selepas itu, beliau membahaskan satu persatu isu yang dikatakan bid'ah dan di bawah ini ringkasan pandangannya:

Takwil sifat Allah SWT
Mazhab al-Salaf: Mengithbatkan sifat al-Bari (Allah SWT) dengan makna yang layak dengan Zat-Nya Taala, maka kita beriman dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat al-husna tersebut mengikut kehendak Allah SWT. Dan tafwidhkan (serahkan) bagaimana (kaifiah) kepada Allah SWT. 

Mazhab al-Khalaf: Mentakwilkan sifat-sifat ini mengikut apa yang layak untuk kesempurnaan Allah SWT, dan ini lebih benar dan lebih tetap secara aqalnya. 

Kedua-dua kumpulan bersepakat pada mensucikan Allah SWT dari menyerupai makhluk, atau dari tasybih, atau dari al-kaif dan dari tajsim: Mazhab yang haq ialah bertauhid tanpa tasybih dan tajsim. Tidak berlebihlebihan pada takwil, kerana ia boleh membawa kepada ta'til, dan tidak berlebih-lebihan pada menetapkan makna zahir, kerana ia boleh membawa kepada tajsim. Dan pertengahan pada perkara tersebut ialah mengiqrarkan sifat dengan berkeyakinan pada nya hanya Allah sahaja yang mengetahui berserta mensucikan keyakinan kita dari tasybih dan ta'til. Maka inilah mazhab al-Salah, maka jadilah khilaf (dengan khalaf) secara lafzi zahaja

Penambahan dalam Tasauf 
Orang-orang Tasauf yang ikhlas mementingkan zikrullah sama ada secara senyap mahupun jahar. Tidak ada halangan pada perkara tersebut kerana para ulama Islam menetapkan kelebihan zikir secara al-jahr sekiranya tiada riyak. Atau mengacau orang yang bersolat, atau orang yang tidur. Sekiranya orang tasauf itu beriltizam dengan al-Quran dan sunnah, maka tidak dibantah ke atas mereka. 

Namun apabila sebahagian mereka berlebih-lebihan (ghuluw), dengan mengatakan wehdah al-wujud (al-hulul atau al-ilhad), iaitu Allah Taala telah menjelma pada setiap bahagian ala mini, atau dengan makna 'makhluk itulah al-khaliq', atau tenggelam dalam sebahagian 'kegelinciran yang menyebabkan kekufuran' seperti 'Dia adalah Allah atau al-haq', atau 'memburukkan pegangan tauhid', atau mengatakan 'diangkat perkara fardhu darinya', maka ini, tanpa ragu-ragu, adalah sesat dan kufur nyata, bertentangan dengan aqidah umat Islam.

Menyeru /Istighathat
Tidak boleh beristighathat dengan orang yang telah mati atau yang tiada di sisi.

Tabarruk dengan para orang-orang Soleh ketika mereka hidup
Tidak ada halangan bertabarruk dengan orang soleh dengan meminta doa atau berubat, namun ulama khilaf pada perkara 'bertabarruk' pada 'individu orang-orang soleh (sentuhan dan sebagainya), dan tidaklah ianya dari perkara 'bid'ah munkarah'

Baca 'basmalah' dengan 'jahar'.
Perkara khilaf dan bukan bid'ah Munkarah

Qunut solat subuh
Tidak betul mengatakannya 'bid'ah'.

Mayat mendapat faedah dari bacaan al-Quran
Mayat mendapat faedah dari bacaan orang lain.

Bertawassul dengan Nabi SAW
Membenarkan tawassul dengan Nabi SAW secara umum (ketika hidup dan mati).

Menziarahi kubur Nabi SAW
Ini masalah khilafiah, tidak boleh digelar sebagai bid'ah. Jumhur ulama membenarkan kecuali Ibn Taymiyyah.

Berdoa secara berjemaah, dan majlis zikir.
Tidak boleh mengatakan bid'ah pada zikir berjemaah selepas solat di masjid dan selainnya. Yang haqnya meninggikan suara dengan berzikir dalam keadaan tidak mendatangkan 'kekacauan/ keraguan, maka berhalaqah untuk zikir adalah tidak salah.

Sumber: Dr. Asmadi Mohamed Naim Profesor Madya Universiti Utara Malaysia, Wacana Religio-Intelektual Najdiyyin; Sumber kajian beliau: Al-Zuhayli, Wahbah (1999). Al-Bida' al-Munkarah, Damsyik: Dal al Maktabi, dan lain-lain.

Sebarang Kesilapan, sila rujuk artikel asal…

Saturday, October 2, 2010

Lintasan Hati



Imam al-Ghazali r.h.m telah menyebut tentang khatir dalam kitabnya Minhajul Abidin. Khatir ini atau lintasan hati adakalanya dari Allah s.w.t., adakalanya dari malaikat, adakalanya dari hawa nafsu dan juga dari syaitan.

Khatir yang tidak bertentangan dengan syarak dan amalam orang soleh adalah dari Allah s.w.t dan dari malaikat, cuma yang datang dari Allah s.w.t sifatnya yang batin seperti akidah dan datang dari malaikat yang bersifat zahir seperti dalam masalah ibadah, kerana hanya Allah s.w.t yang mengetahui yang batin dan malaikat hanya mengetahui yang zahir.

Apa yang bertentangan dengan syarak pastinya datang dari hawa nafsu dan syaitan. lintasan yang sentiasa ditolak-tolak oleh keinginan kita biasanya adalah lintasan yang baik kerana fitrah hawa nafsu yang sentiasa kearah keseronokan dan kejahatan.

lintasan yang teruja-uja sangat nak buat adalah biasanya daripada hawa nafsu dan syaitan. kadang-kadang lintasan itu baik tetapi dia ada cucukan halus ke arah ujub, riyak, sombong, istirehat, selamat...itu kena check bebenor sbb takut-takut dari syaitan sebab kadang-kadang syaitan ni pandai, dia menyorok di belakang lintasan2 baik yang dihembus dan dipuji2nya...

khatir yang tidak berkurang dan tidak lemah dengan zikrullah, ia dari hawa nafsu. yang menjadi lemah ia dari syaitan. sebab itu, bila dapat lintasan hati, istighfar dan banyak menyebut Allah dalam qalbu.

Ingat! bukan semua khatir itu yang baik itu dari Allah atau malaikat melainkan kita perhalusi dulu. inshAllah...teman tulis cara nak mengenal khatir yang nampak baguih tapi dari syiatan.

Ala kulli hal, jangan ingat khatir itu tanda kesolehan atau kewalian kita...ia adalah fitrah, dan tawadduk adalah ubat bagi penyakit ujub ini.

Jelas, kita sekali lagi menjadi hamba Allah yang memohon pertolonganNya kerana manusia kl 24 jam nak lwn syaitan memang tak jadi keroje kite yop, hanya dengan bantuan Allah shj kita mampu menang dengan syaitan. Sesungguhnya tipu daya syaitan itu amat lemah.

Sumber: http://anaskusza.blogspot.com/