Tuesday, November 22, 2016

PENDAPAT DAN PESAN HABIB UMAR BERKAITAN DENGAN DEMONSTRASI




HARUS UNTUK BERDEMONTRASI
Telah sampai kepada kami pertanyaan dari masyarakat Indonesia, apakah patut turut serta berdemonstrasi atau tidak? Pada dasarnya segala sesuatu yang tidak dilarang oleh syariat dan tidak melanggar peraturan pemerintah, termasuk yang berlaku dalam urusan demonstrasi atau urusan lainnya, haruslah mengikut ketentuan syariat dan aturan pemerintah yang ada di negara tersebut. Namun janagan sampai memberi kesan negatif kepada agama dan negara yang akibatnya menimbulkan perpecahan serta permusuhan di antara sesama umat Islam.

DILAKUKAN SECARA AMAN
Dalam masalah ini, apa yang telah dijamin oleh undang-undang negara termasuk kebebasan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka, maka hendaklah dilakukan dengan cara yang aman tanpa menimbulkan kehancuran dan kerosakan. Umat Islam wajib bersepakat untuk mengagungkan syiar-syiar Allah dan ayat-ayat-Nya, dan umat Islam berada dalam sebuah agama yang mengajar umatnya agar tidak mencaci sembahan orang kafir agar orang kafir tidak membalas dengan mencaci Allah Yang Maha Benar.

TIDAK BOLEH SALING MENCACI
Bagi mereka yang memutuskan untuk berdemonstrasi, mereka tidak boleh melakukan penganiayaan terhadap orang lain baik terhadap anak kecil mahupun orang dewasa. Mereka tidak boleh merosakkan sesuatu yang dilarang untuk dirosakkan. Mereka juga tidak dibenarkan untuk mencaci orang-orang yang tidak turun berdemonstrasi dan orang yang tidak berdemonstrasi juga tidak dibolehkan mencaci orang yang berdemonstrasi.

TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN KEKERASAN
Dan hendaklah kedua-dua belah pihak menyedari bahawa mereka mempunyai prinsip dan landasan yang sama, hanya cara mengungkapkannya berbeza kerana memiliki pandangan dan pertimbangan yang berbeza. Demikian, tidak dibolehkan bagi pemerintah untuk mengekang kebebasan rakyatnya dalam menzahirkan aspirasi mereka dengan menggunakan kekerasan tanpa alasan yang benar atau menyakiti orang yang berdemonstrasi tersebut. Bagi mereka yang berdemonstrasi juga tidak boleh untuk saling menyakiti diantara mereka atau mencaci pihak pemerintah. Sebagaimana firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (al-Baqarah: 190). Firman Allah SWT: "Dan tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang orang yang zalim” (al-Baqarah: 193)

JAUHI KEBENCIAN DAN PERMUSUHAN
Dan kami sampaikan kepada mereka yang keluar berdemonstrasi, apabila demontrasi tersebut menimbulkan kebencian dan permusuhan diantara sesama umat Islam, serta cacian terhadap orang yang tidak berdemonstrasi dan berprasangka buruk terhadap agama mereka tanpa bukti nyata, maka lebih baik bagi kamu untuk tidak keluar berdemonstrasi demi menjaga kebaikan kaum Muslimin sehingga tidak menimbulkan keburukan. Kami sampaikan pula kepada mereka yang tidak turut berdemonstrasi apabila mereka mencaci orang-orang yang berdemonstrasi sehingga menimbulkan permusuhan, perpecahan dan pertengkaran (diantara kaum Muslimin), maka lebih baik bagi kalian untuk turut berdemonstrasi tanpa mencaci orang lain dan tidak menimbulkan kesan buruk.

TINDAKAN YANG BENAR DAN SELAMAT
Dan kami sampaikan kepada mereka yang turut berdemonstrasi dengan cara yang santun, aman dan tidak menimbulkan permusuhan dan penistaan, “Bagimu ijtihadmu dan niatmu, dan semua itu kembalinya kepada Allah SWT.” Kami sampaikan pula kepada mereka yang tidak turut berdemonstrasi dan tidak menjadi sebab timbulnya cacian, celaan dan perpecahan antara umat muslim, “Perbuatanmu sudah benar dan kau lebih dekat dengan keselamatan. Jangan lupa berdoa dengan penuh harap dan bersimpuh dihadapan Allah memohon kebaikan bagi umat dan negeri ini.”

MEMILIH PEMIMPIN
Dan apabila telah datang giliranmu untuk memilih pemimpin, hendaklah kamu tidak memilih pemimpin kecuali orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Ini kerana hak pilihanmu adalah amanah. Apabila jelas kepadamu bahawa diantara para calon ada orang yang bertakwa kepada Allah maka pilihlah dia. Namun apabila kau ragu, maka mintalah pendapat dari orang yang kau percayai dari orang-orang yang berilmu dan mempunyai rasa takut kepada Allah dan yang tidak memiliki sedikitpun kepentingan duniawi, agar dia mampu menunjukkan kepada kamu perkara yang lebih ringan diantara dua hal yang buruk tersebut. Atau pilihlah siapa yang lebih bermanfaat untuk kepentingan manusia. Namun jika masih samar bagimu hal itu maka tinggalkanlah semuanya. Inilah yang kami fahami dari ajaran Rasulullah, sahabat dan para tabi’in.

KEWAJIPAN ULAMA
Kepada pemerintah, parti atau rakyat, janganlah kamu menunggu dari kami untuk mengajak umat kepada kamu, kerana kami telah memiliki komitmen untuk tidak mengajak manusia kecuali kepada Allah semata-mata. Kami takut wajah kami akan dihitamkan apabila keluar ucapan dari kami yang bertujuan untuk mencari redha pemerintah, parti atau golongan manapun berbanding redha Allah. Sekali lagi, kami takut akan dihitamkan wajah kami kelak di hari kiamat. Dan inilah jalan ikutan kami, Nabi kami Muhammad SAW. “Katakanlah inilah jalanku, aku mengajak manusia kepada Allah.” (Yusuf: 108)

NASIHAT KEPADA ORANG BUKAN ISLAM
Kami mengajak semua parti dan pemerintah dan rakyat hanya kepada Allah. Bahkan kami sampaikan kepada orang-orang yang bukan muslim untuk gunakan akal dan fitrah kamu, dan janganlah kamu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan bangsa dan negara. Seandainya kamu sangat menginginkan dunia, dan tamak dalam meraihnya, maka jangan sampai menyakiti orang lain dan menimbulkan kesan negatif pada masyarakat. Kami sampaikan bahwasannya kamu (bukan muslim) hidup di negeri yang majoriti muslim semenjak berabad lalu. Dan ini adalah suatu kehormatan bagi kamu hidup di antara mereka, baik kamu sedar atau tidak, maka hendaklah kamu melakukan muhasabah diri.

Dan apabila kamu orang-orang kafir berusaha mengalahkan Islam yang menjadi majoriti, dan merendahkan orang-orang yang beriman, maka kalian pasti akan dihinakan oleh Allah di dunia ini sebelum datangnya akhirat. Dan ini adalah tugas tokoh agama untuk mengajak semua kepada Allah semata-mata, dan Ulama bukanlah barang dagangan yang boleh dibeli dengan harga murah ataupun mahal.

BERHARAPLAH PADA REDHA ALLAH SWT
Apakah manusia yang menanggung amanah wahyu dan amanah cahaya kenabian akan tertipu oleh jabatan duniawi seperti ini? Maka manfaatkanlah oleh kamu keberkatan majlis ini dan tujukkanlah hati kamu kepada Dzat yang telah mengumpulkan kamu semua, sehingga tidaklah seseorang dari kamu pulang kecuali hanya mengharapkan redha Allah SWT. Kami menghadap kepada-Mu Ya Allah dalam keadaan merendahkan diri kami untuk urusan negeri ini dan penduduknya dari fitnah-fitnah dan musibah. Berikanlah kepada mereka kemenangan dalam menjunjung kebenaran, petunjuk dan sunnah Rasulullah SAW dan sebarkanlah agama Islam kepada semua penduduk negeri baik di timur maupun di barat, dan jauhkanlah kami dari keburukan orang-orang yang dipenuhi dengan hawa nafsu. Jadikan hawa nafsu kami mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi-Mu.

Barang siapa yang ingin menukil (mengutip) pernyataan kami tentang hal ini, hendaknya ia menukilnya dengan lengkap. Sebab orang-orang yang dikuasai hawa nafsu sentiasa memutar belit ucapan para Ulama malah firman Allah juga, dengan menghapus sebahagian dan menambah sebagian yang lain. Tidak lain untuk menciptakan gambaran sesuai keinginan mereka demi mewujudkan tujuan mereka. Kami sampaikan kepada semua, janganlah menunggu dari kami untuk mengajak umat kepada kamu. Akan tetapi, nantikanlah kami untuk mengajak kamu semua kepada Allah. Dan kami mendoakan kepada kamu semua. kita semua adalah hamba Allah, sangat memerlukan kepada-Nya, dan hanya kepada Allah kita kembali. “Sesungguhnya hanya kepada Kami mereka kembali, kemudian Kami yang akan menghisab mereka.” (al-Ghoshiyah : 25-26)


Diterjemahkan dan edarkan resmi oleh Majelis Al-Wafa' bi 'Ahdillah, disunting oleh Izhar



Friday, November 18, 2016

PERMATA YANG HILANG DI BARAT


Akhlak, adab, moral atau etika akan mencantikkan apa sahaja, dan akan membuat orang kagum melihat akhlak atau adab itu ada padanya walaupun pada seekor monyet. Hebat kan dapat lihat monyet berkelakuan menyambut atau bersalaman dengan seseorang.

Oleh itu kita akan kagum melihat akhlak yang diajar oleh baginda Nabi sallahu alaihi wasalam ada pada orang barat. Orang barat apabila berjumpa mereka mudah untuk senyum dan menyapa seperti "Helo! Hai!", mereka mudah menghargai orang seperti "Thanks! I really appreciate it! Welcome! Anytime!", mereka akan memberi semangat seperti "You are amazing! You are awesome! You are smart!". Demikian Nabi SAW mengajar supaya terlebih dahulu menyapa dengan memberi salam, bersalaman dengan muka manis, memberi salam pada orang yang dikenali atau tidak dikenali, berterima kasih sebagai tanda syukur dan penghargaan, dan memberi motivasi kepada yang putus harapan seperti Allah bersama kamu, janji syurga dan pahala.

Pernah saya batuk atau bersin di depan seorang 'mat saleh' yang kebetulan ada berhampiran, lalu dia menyapa dengan berkata "are you okay sir?". Demikian juga Nabi SAW mengajarkan supaya mengucapkan "Alhamdulillah" apabila mendengar seseorang yang bersin. Pernah satu event saya bertugas mengedarkan air mineral kepada VIP yang sedang berbual, seorang Prof dari United Kingdom sebagai keynote speaker waktu itu menghentikan perbualan dengan semua VIP berkenaan lalu mengucapkan "thank you" kepada saya hanya kerana saya memberinya sebotol air mineral walaupun waktu itu dia dikelilingi VIP dan perbualan sedang rancak. Malangnya VIP Islam yang ada bersama dengannya tidak ambil peduli kehadiran saya dan menyambung kembali perbualan.

Perkara sebegini tidak kelihatan dalam masyarakat Islam walau setiap hari hal ini diajar oleh para Ustaz dan didapati di dalam kitab. Kadang lagak gayanya sombong, bermuka masam, tidak menyapa, buat hal sendiri, orang kemalangan depa ambil gambar dari pergi menolong, orang sedang buat kerja depa tengok saja sambil goyang kaki, tiada sens of humor, simpati, perhatian, senyum sinis, jeling hujung mata, tiada penghargaan dan penghormatan.

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)


Tulisan ini dituju untuk saya juga... :)

Tuesday, November 8, 2016

PENGHISAB DADAH MENJADI GILA KEMUDIAN MENINGGAL DUNIA ADAKAH DIAMPUN DOSANYA DAN ADAKAH DIA TETAP AKAN DIAZAB?


Bagi orang ini dia ada tiga fasa. 1) Fasa normal. 2) Fasa gila. 3) Fasa Kematian

Fasa Normal:
Jika dia orang kafir maka dia tidak termasuk dalam perbincangan. Jika dia orang Islam maka dia akan dibebankan dengan salah satu dari lima(5) hukum, sama ada wajib, haram, sunat, makruh atau harus dengan syarat dia mukalaf. Perbuatan mengambil dadah itu adalah perbuatan yang dilarang dan termasuk dalam hukum haram, maka pelakunya berdosa besar dan diancam dengan azab oleh Allah subhanahu wata’ala.

Dadah adalah haram hukumnya dari segi syara'. Dalil pengharaman itu berdasarkan kepada keterangan nas kerana ia termasuk dalam pengertian umum "benda-benda yang memabukkan' atau dengan berqias kepada "arak" kerana kedua-duanya mempunyai alasan hukum yang sama, iaitu "memabukkan' atau kerana terdapat dalam dadah keburukan-keburukan terhadap individu dan masyarakat.

Sebagai orang Islam kita boleh memohon ampun untuknya semoga dosa-dosanya diampunkan oleh Allah. Malah penggunaan dadah itu sendiri bergantung pada keadaan, jika untuk ubat atau rawatan maka ia dibolehkan, dan tidak dihukum berdosa bagi orang yang dipaksa untuk mengambilnya. Sabda Rasulullah saw:

”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memaafkan kesalahan (yang tanpa sengaja) dan (kesalahan kerana) lupa dari umatku serta kesalahan yang terpaksa dilakukan.” (HR Ibnu Majah)

Fasa Gila:
Hukum yang lima ini ada pengecualian pada keadaan tertentu. Ini berdasarkan hadith, Rasulullah solallahu alaihi wasalam bersabda:

“Telah diangkat pena dari tiga golongan: dari orang gila sampai dia sedar, dari orang tidur hingga dia bangun, dan dari anak kecil hingga dia baligh.” (HR Tirmizi)

”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memaafkan kesalahan (yang tanpa sengaja) dan (kesalahan kerana) lupa dari umatku serta kesalahan yang terpaksa dilakukan.” (HR Ibnu Majah)

Firman Allah: “…Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan…” (al-Baqarah:286)

Oleh itu tidak dicatatkan pahala atau dosa baginya dalam keadaan seperti di atas. Dosa pahala dicatat hanya dalam keadaan mukalaf, apabila dia gila maka catatan akan terhenti. Sebagai saudara Islam kita boleh berdoa supaya Allah terima amalan solehnya ketika dia masih waras dan berdoa semoga dosa-dosanya diampunkan.

Fasa Kematian:
Sesungguhnya kita tidak mengetahui nasib seseorang di alam barzakh, kecuali apa yang dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tidak boleh menghukum seseorang yang hanya Allah tahu nasibnya. Seseorang itu boleh sahaja diampunkan segala dosanya kerana luasnya Rahmat Allah berbanding murka-Nya.  Allah berfirman dalam hadith qudsi:

“Bahawasanya kerahmatan-Ku itu dapat mengalahkan kemurkaan-Ku.” (Muttafaq ‘Alaih)

Memberi harapan kepada seseorang lebih mendekati taqwa
Menakutkan seseorang hanya menjauhkan dia dari taqwa


Wallahu a’lam

Thursday, November 3, 2016

ISTERI MELAYAN TETAMU SUAMINYA


Seorang isteri boleh melayani tetamu suaminya di hadapan suami. Namun isteri perlu memastikan dirinya masih dalam ruang yang dibenarkan Islam, baik dalam segi berpakaian, berhias, berbicara dan berjalan serta jauh dari fitnah. Ini kerana tetamu tadi akan melihatnya dan dia pun akan melihat mereka.

Sahal bin Saad al-Anshari berkata sebagai berikut: 
"Ketika Abu Asid as-Saidi menjadi pengantin, dia mengundang Nabi dan sahabat-sahabatnya, sedang tidak ada yang membuat makanan dan yang menghidangkannya kepada mereka itu kecuali isterinya sendiri, dia menghancurkan (menumbuk) kurma dalam suatu tempat yang dibuat dari batu sejak malam hari. Maka setelah Rasulullah s.a. w. selesai makan, dia sendiri yang berkemas dan memberinya minum dan menyerahkan minuman itu kepada Nabi." (Riwayat Bukhari dan Muslim)


Dari hadis ini, Syaikhul Islam Ibnu Hajar berpendapat: "Seseorang perempuan boleh melayani suaminya sendiri bersama tetamu lelaki yang diundangnya ..." Tetapi tidak diragukan lagi, bahwa hal ini apabila aman dari segala fitnah serta dijaganya hal-hal yang wajib, seperti hijab. Begitu juga sebaliknya, seorang suami boleh melayani isterinya dan perempuan-perempuan yang diundang oleh isterinya itu. Dan apabila seorang perempuan itu tidak menjaga kewajiban-kewajibannya, misalnya soal hijab, seperti kebanyakan perempuan dewasa ini, maka tampaknya seorang perempuan kepada laki-laki lain menjadi haram.

Halal dan Haram Dalam Islam; Dr. Yusuf al_Qaradhawi