Saturday, September 25, 2010

Menumpang Di Atas Kapal Yang besar Bhg 1


Dalam kehidupan kita seharian jangan kita mengabaikan apa yang menjadi kewajipan dan dituntut keatas kita. Merenung sejenak dan berfikir mengapa dan apa tujuan kita dicipta oleh Allah di muka bumi ini.

Tujuan kita dicipta di atas muka bumi ini adalah supaya dapat kita mengabdikan diri kita pada Allah yang Esa serta dilantik sebagai khalifah di muka bumi. Dalam tujuan kita untuk mengabdikan diri kita kepada Allah timbul persoalan bagaimana kita mampu kita mengabdikan diri kepada Allah, bagaimana caranya, dengan bentuk yang bagaimana, dalam keadaan dan situasi yang bagaimana dan bagaimana dapat kita berhubung dengan Allah, bagaimanakah dapat kita taat, patuh dan sentiasa menjunjung segala perintah Allah, bagaimana mampu kita mengabdikan diri dan mengenal Pencipta kita.

Dengan segala nikmat yang dianugerahkan kepada kita, dengan nikmat udara, nikmat air, makanan dan sebagainya adalah dengan tujuan supaya kita mengabdikan diri kepada Allah dalam bentuk ibadah, tetapi ibadah yang bagaimana yang yang mampu membuat kita dapat betul-batul mengabdikan hidup kita kepada Allah.

Dengan Allah yang Maha Bijaksana maka Allah tidak akan membiarkan kita melakukan ibadah mengikut selera kita sendiri, Allah memberitahu caranya, Allah yang menentukan segalanya, Allah menciptakan kita maka Dialah yang mencipta peraturan bagi kita. Allah telah mengutuskan para rasul dan nabi adalah sebagai penghubung antara sang Pencipta dengan makhluknya dan dapatlah kita berhubung dengan Dzat Allah yang maha Agong.

Melalui Nabi dan Rasul maka kita mampu mengatahui bagaimana untuk mengesakan Allah, bagaimana untuk mentauhidkan Allah,dan mengajar kita cara untuk menyembah dan taat.
Oleh itu, dalam beribadah kepada Allah perlu ada caranya, perlu ada peraturan dan undang-undangnya.

Melalui Nabi dan Rasul dan kitab Al-Quran yang diturunkan, maka dapat kita mengetahui bagaimana untuk beribadah kepada Allah, melalui tangan yang bergerak, melaui mulut yang bercakap. Sebuah hadis diriwayatkan oleh Saidina Ali karamallahuwajhah Nabi s.a.w bersabda dengan maksudnya, Iman itu adalah makrifat dengan hati, pengakuan dengan lidah dan gerak dengan anggota.

Dengan tiga perkara ini dapat kita perhatikan bahawa bermulanya ibadah itu adalah dengan menyakini didalam hati, diterjemahkan oleh lidah dan dilaksanakan oleh anggota tubuh. Dengan kombinasi ketiga-tiga perkara ini dapat kita mencapai matlamat dan tujuan kita dicipta.

Nabi dan Rasul juga adalah makhluk manusia seperti kita. Mereka juga akan mati dan tidak akan kekal, maka bagaimana mampu mereka terus menjadi penghubung kepada seluruh manusia. Bagaimana kita mampu terus berhubung dengan Allah setelah Nabi meninggalkan kita sejak berabad selama tidak lebih 1431 tahun hijriah dahulu. Adakah generasi yang mendatang membesar tanpa ada penghubung dan panduan bagaimana cara dan peraturan untuk beribadah kepada Allah.

Adakah kita akan beribadah dengan hanya terus membaca Al-Quran dan menghafal beberapa Hadis?

Seperti kita diberi sebuah kapal terbang yang besar untuk pergi ke suatu tempat, adakah kita mampu terus menerbangkan pesawat tersebut tanpa mengetahui cara menerbangkannya? Sudah tentu kapal yang diterbangkan kita akan jatuh terhempas. Begitu jugalah jika seseorang yang tidak mengenal Al-Quran dan hadis, tidak tahu bagaimana mengeluarkan hukum dari Al-quran dan tidak menguasai ilmu dalam menegeluarkan hukum, maka seseorang itu tidak akan mampu untuk berijtihad dan mengeluarkan hukum untuk dijadikan panduan dalan beribadah.

Cetusan dari kuliah Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu al-Banjari al-Makki

No comments: