Seorang isteri boleh melayani tetamu
suaminya di hadapan suami. Namun isteri perlu memastikan dirinya masih dalam
ruang yang dibenarkan Islam, baik dalam segi berpakaian, berhias, berbicara dan
berjalan serta jauh dari fitnah. Ini kerana tetamu tadi akan melihatnya dan dia
pun akan melihat mereka.
Sahal bin Saad al-Anshari berkata
sebagai berikut:
"Ketika Abu Asid as-Saidi menjadi pengantin, dia
mengundang Nabi dan sahabat-sahabatnya, sedang tidak ada yang membuat makanan
dan yang menghidangkannya kepada mereka itu kecuali isterinya sendiri, dia
menghancurkan (menumbuk) kurma dalam suatu tempat yang dibuat dari batu sejak
malam hari. Maka setelah Rasulullah s.a. w. selesai makan, dia sendiri yang berkemas
dan memberinya minum dan menyerahkan minuman itu kepada Nabi." (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini, Syaikhul Islam Ibnu
Hajar berpendapat: "Seseorang perempuan boleh melayani suaminya sendiri
bersama tetamu lelaki yang diundangnya ..." Tetapi tidak diragukan lagi,
bahwa hal ini apabila aman dari segala fitnah serta dijaganya hal-hal yang
wajib, seperti hijab. Begitu juga sebaliknya, seorang suami boleh melayani
isterinya dan perempuan-perempuan yang diundang oleh isterinya itu. Dan apabila
seorang perempuan itu tidak menjaga kewajiban-kewajibannya, misalnya soal
hijab, seperti kebanyakan perempuan dewasa ini, maka tampaknya seorang
perempuan kepada laki-laki lain menjadi haram.
Halal dan Haram Dalam Islam; Dr. Yusuf al_Qaradhawi
No comments:
Post a Comment